Cerita Ja'far Umar Thalib Belajar di Pakistan


Ketika masih muda belia, ustadz Ja'far Umar Thalib pernah berniat belajar ke Universitas Abul'ala al-Maududi, Pakistan, tanpa mengantongi Visa.

Bersama 3 orang Indonesia lainnya, mereka berangkat dari Jakarta dengan bermodal niat ikhlas untuk belajar agama.

Saat itu untuk mendapatkan izin Visa tinggal di Pakistan, mereka harus lebih dahulu mendapatkan rekomendasi dari pemerintah Republik Indonesia.

Namun sebaliknya untuk mendapatkan rekomendasi tersebut, mereka harus mengurus surat keterangan mau kuliah dari pemerintah Pakistan.

Merasa di pimpong oleh pihak imigrasi dan kedutaan Pakistan, keempat pemuda tersebut nekat berangkat ke Pakistan walau tidak memiliki izin Visa maupun dokumen lainnya.

Tiba di bandara Pakistan, mereka kebingungan untuk bisa keluar melewati pos imigrasi.

Tidak hilang niat belajar mereka, salah satu teman dekat Ja'far Umar Thalib mendekati seorang Arab berpostur tinggi yang mengantri dijalur pos imigrasi, dan meminta bantuan.

Bung Arab tadi kaget mendengar kondisi mereka berempat, dan siap membantu walau bagaimanapun caranya.

Atas izin Allah SWT orang Arab itu berbisik kepada pihak imigrasi tentang kondisi keempat perantau asal Indonesia ini.
Tidak berlangsung lama, mereka langsung dipanggil serta diberi cap stempel izin tinggal di Pakistan selama satu tahun.

Kejadian lucu setelahnya ketika koper ustadz Ja'far Umar Thalib yang dipakai berdua, tertinggal dipesawat dan terbang kembali ke Jakarta.

Selama empat hari mereka berdua terpaksa menggunakan baju yang sama, sambil menunggu koper mereka kembali dari Jakarta.

Beberap bulan kemudian, disalah satu camp pejuang Afghanistan, ustadz Ja'far Umar Thalib menemui panglima dari tujuh faksi jihad Afghanistan, Gulbuddin Hikmatyar.

Petualangan dan persahabatan mereka berlanjut hingga Allah SWT memanggil ustadz Ja'far Umar Thalib Senin 27 Agustus 2019.

Ja'far Umar Thalib dikenal luas kalangan aktivis muslim era reformasi sebagai seorang panglima Jihad perang sipil Poso dan Ambon pada tahun 1998 hingga 2000.

Sumber: FB Fathi Nasrullah